terlalu pagi untuk berbicara tentang kekalahan
Aku kalah.
Pagi masih terlalu gelap untukku menanti fajar, hingga dingin menaklukanku.
Aku kalah.
Yang lebih dulu datang tak kan berarti bila tak lebih dulu mengetuk pintu.
Aku kalah.
Mendung tak kunjung menjatuhkan hujan pada dedaunan kering di taman kota.
Aku kalah.
Yang menggali dengan tangan kosong akan cepat terluka dibandingkan dengan yang menggunakan cangkul.
Yang menggali dengan tangan kosong akan cepat terluka dibandingkan dengan yang menggunakan cangkul.
Aku kalah.
Senja yang jingga redup oleh awan-awan mendung yang kelam.
Aku kalah.
Waktu tidak selamanya berpihak pada mereka yang berjuang 'tuk setia menunggu.
Tidak peduli akan dingin yang menusuk relung hati, atau terik yang memecah keyakinan
Bahkan hujan yang nantinya akan membuyarkan harapan.
Aku kalah.
Kalah?
Iya.
Mungkin aku belum sepenuhnya kalah.
Aku hanya nyaris kalah.
Entah di dalam pertempuran antara siapa.
Harapan hanya tinggal setetes embun.
Hanya setetes, tak apa, masih menyejukkan.
Karena esok pagi, mentari akan muncul kembali.
Bila masih mendung, masih ada pagi lain esoknya.
Karena kunci penantian adalah sabar,
dan percaya.
Bahwa nantinya, aku akan berkata pada bayanganku di cermin,
Selamat, kamu menang!
Bukan atas dirinya atau siapapun melainkan dirimu sendiri
Atas ego dan kelemahanmu sendiri.
Selamat, karena kau berhasil menaklukan dirimu sendiri serta membangkitkannya kembali.
Iya.
Aku akan menang.
Aku akan mencapai ujung penantianku dengan sebuah senyuman.
Aku akan mencapai ujung pengharapanku dengan air mata bahagia.
Sebuah ujung dimana aku akan bersujud syukur atas kuasa dan kasih sayang Tuhan yang berlimpah kepadaku.
Sebuah ujung dimana hangat mentari berpadu dengan dinginnya kabut.
Sebuah ujung dimana kulihat pelangi dengan tubuhku yang basah oleh sisa hujan.
Sebuah ujung dimana aku akan bahagia,
dengan atau tanpa 'ada'mu.
Dan di saat itulah aku menang,
bergelimang syukur,
atau berselimut keikhlasan.
atau berselimut keikhlasan.
-Noke' Gita-
Aq blh nulis jg ga?
ReplyDelete